contoh teks negosiasi wakil pengusaha batik dengan wakil pemerintah?
B. Indonesia
tyaq7113
Pertanyaan
contoh teks negosiasi wakil pengusaha batik dengan wakil pemerintah?
1 Jawaban
-
1. Jawaban nannanrjnnh
Suatu hari, seorang pengusaha batik diminta untuk mewakili para pengusaha batik lain untuk mengajukan usulan program kepada pemerintah daerah untuk mendirikan sebuah laboratorium batik.
Wakil pengusaha : “Selamat pagi, Pak.”
Wakil pemerintah : “Selamat pagi. Mari silakan duduk.”
Wakil pengusaha : “Terimakasih, Pak.”
Wakil pemerintah : “Saya Rudi Suwarno, wakil pemerintah di sini. Anda?”
Wakil pengusaha : “Saya William Santoso, Pak. Wakil pengusaha batik di kota ini.”
Wakil pemerintah : “Baiklah, ada perlu apa Pak William?”
Wakil pengusaha : “Begini, Pak. Saya mewakili pengusaha batik di kota ini untuk mengusulkan suatu program untuk mendirikan laboratorium batik. Bagaimana menurut Anda?”
Wakil pemerintah : “Saya sangat mengapresiasi usulan rencana tersebut. Lagipula saat ini batik sedang berkembang pesat di pasar nasional, bahkan internasional.”
Wakil pengusaha : “Iya betul. Jadi, apakah usulan kami diterima, Pak?”
Wakil pemerintah : “Iya. Namun, begini. Sebenarnya, daerah sedang mengalami krisis keuangan akibat bencana yang terjadi beberapa bulan kemarin. Dana yang daerah keluarkan untuk itu tidaklah kecil. Jadi, kami dari pemerintah daerah belum bisa banyak membantu untuk masalah dana.”
Wakil pengusaha : “Maaf, Pak. Menurut sepengetahuan kami, bukankah untuk masalah bencana kemarin sudah mendapat bantuan dari pusat?”
Wakil pemerintah : “Memang benar. Tetapi untuk logistik ditanggung daerah.”
Wakil pengusaha : “Jika hanya masalah logistik yang ditanggung, seharusnya daerah dapat mengusahakan dana untuk laboratorium ini, Pak.”
Wakil pemerintah : “Maaf, Pak. Namun, bantuan logistik ini tidak hanya disalurkan ke satu atau dua kecamatan saja. Melainkan enam kecamatan. Dan sampai saat ini, mereka masih cenderung menggantungkan bantuan daerah. Memangnya, berapa biaya yang dibutuhkan untuk laboratorium batik? Tidak sedikit bukan?”
Wakil pengusaha : “Yang kami harapkan dari daerah sebesar Rp600.000.000, Pak. Bagaimana?”
Wakil pemerintah : “Belum bisa. Itu terlalu besar.”
Wakil pengusaha : “Bagaimana jika setengahnya? Laboratorium ini tentu akan menambah pendapatan daerah.”
Wakil pemerintah : “Begini saja, Pak. Jika hanya 30 persen dari biaya yang diminta, kemungkinan bisa.”
Wakil pengusaha : “Tidak bisa naik lagi, Pak?”
Wakil pemerintah : “Sekali lagi saya minta maaf. Kenyataannya, daerah memang belum mampu.”
Wakil pengusaha : “Baiklah kalau begitu. Saya terima tawarannya. Namun, jika bisa usahakan lebih ya, Pak. Minimal 40 persennya.”
Wakil pemerintah : “Oke, akan kami usahakan.”
Wakil pengusaha : “Baiklah, saya permisi dulu, Pak. Terima kasih atas waktunya. Selamat pagi.”
Wakil pemerintah : “ Ya silakan. Sama-sama. Selamat pagi.”
(Mereka bersalaman)