pakaian adat maumere suku sikka
IPS
chindy126
Pertanyaan
pakaian adat maumere suku sikka
1 Jawaban
-
1. Jawaban albert481
Untuk Pria
Biasanya mengenakan Lesu Widin Tilun yaitu ikat kepala yang terbuat dari kain batik yang dililitkan sedemikian rupa sehingga bagian sampingnya memanjang ke bawah menyerupai telinga kambing. Kaum pria juga mengenakan sembar yaitu, selempang yang disilangkan di dada yang biasanya bermotif flora dan fauna.
Bajunya disebut Labu, merupakan penutup tubuh pria. Biasanya berwarna putih, sedangkan untuk penutup tubuh bagian bawah mereka mengenakan Lipa atau Ragi yang dilitkan dipinggang. Lipa adalah kain sarung pria yang berwarna-warni cerah dan bermotif flora. Sedangkan ragi adalah kain sarung pria yang berwarna gelap dengan garis-garis biru melintang. Panjang lipa atau ragi sampai mata kaki. Sebagai pelengkap pria dapat menggunakan gelang besar yang disebut Mone dan ikat pinggang besar berwana hitam yang disebut Peket.
Untuk Wanita
Para wanita mengenakan baju atau bahasa adatnya adalah Labu berbentuk mirip kemeja berlengan panjang terbuat dari sutera atau kain yang berkualitas baik. Labu wanita ini terbuka sedikit pada pangkal leher guna memudahkan pemakaian sebab polanya tidak menyerupai kemeja atau blus yang lazim berkancing pada bagian depannya.
Sebagai penutup tubuh bagian bawah, mereka mengenakan sarung sikka dengan bermacam-macam motif flora dan fauna. Sarung untuk wanita disebut Utan. Warna-warna kain wanita melambangkan berbagai suasana hati atau kekuatan-kekuatan magis. Hitam misalnya biasanya dipakai untuk melayat orang meninggal. Merah dan coklat melambangkan keagungan dan status sosial yang tinggi. Paduan warna juga menunjuk pada usia. Warna-warna yang gelap biasanya dipakai oleh orang tua, sedangkan warna-warna cerah digemari oleh kaum muda. Demikian pula hal dengan warna dong, apabila gelap mencerminkan duka, sebaliknya warna-warna muda adalah untuk suasana suka ria, pesta dan sebagainya. Utan dililitkan di pinggang dengan panjang sapai mata kaki.
Para wanita juga mengenakan Dong yaitu kain sejenis selendang yang dipakai melintang di dada atau dililitkan dipinggang. Warna dong juga disesuikan dengan acara. Untuk pesta adat biasanya orang menggunakan dong dengan warna cerah, sedangkan untuk acra kedukaan biasanya menggunakan warna hitam.
Di bagian kepala rambut para wanita dibentuk melingkar seperti ular, yang disebut Legen. Tentu saja harus berambut panjang kalau jaman dulu. Kalau rambut kita tidak panjang biasanya menggunakan bantuan rambut palsu, yang dinamakan Semarang. Legen kemudian diperkuat dengan tusuk konde yang dinamakan Hegin, dan hiasan yang disebut Soking. Bentuk hiasan kepala ini sudah mendapat pengaruh dari suku-suku lainnya di NTT.
Pada pergelangan tangan dipakai kalar yang terbuat dari gading (kalar bala) dan perak. Penggunaanya disesuaikan dengan suasana peristiwa seperti upacara-upacara atau pesta-pesta adat. Jumlah kalar gading dan perak (atau emas) biasanya genap. Yakni dua atau empat gading dengan dua perak pada setiap tangan.
Perhiasan lain yang digunakan kaum wanita adalah cincin yang disebut Kila, kalung yang disebut Lodan, dan anting-anting yang disebut Suwong. Saat ini kila, lodan dan suwong bisa dari emas atau bahan lain yang disesuaikan dengan pakain dan kemampuan.